Seputarmaluku.com
,
Jakarta
–
Lembaga Luar Angkasa Amerika Serikat yaitu NASA
Mengadakan perlombaan internasional bernama LunaRecycle Challenge dengan jumlah hadiah senilai US$ 3 juta atau kira-kira Rp 50 miliar. Lomba ini menantang para peneliti, insinyur, dan pencetus ide dari berbagai belahan dunia untuk merancang teknologi yang dapat mendaur ulangi sampah hasil kegiatan manusia.
Bulan
secara efisien dan berkelanjutan.
Seperti dilaporkan
The Times of India
Kompetisi ini turut berperan sebagai bagian dari persiapan untuk program Artemis, yang bertujuan mengirimkan manusia kembali ke Bulan dengan tujuan bermukim secara lebih lama daripada misi-misi sebelumnya. Agar bisa mendukung kelangsungan hidup para astronot saat mereka tinggal di ruang angkasa, NASA mencoba memastikan bahwa semua sumber daya dapat dikelola kembali termasuk limbah manusia. Penggunaan teknologi daur ulang sampah dinilai sangat vital guna membentuk lingkungan tempat tinggal yang mandiri di luar planet Bumi.
Masalah ini bukan sesuatu yang baru muncul. Dari ketika keenam misi Apollo dilaksanakan dari tahun 1969 sampai 1972, setidaknya ada 96 kantong sampah manusia tertinggal di permukaan bulan. Pada saat itu, kurangnya kapasitas penyimpanan dalam pesawat ruang angkasa mengharuskan mereka meninggalkannya di belakang. Sekarang, dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, NASA mempelajari bagaimana menggunakan limbah-limbah tersebut menjadi sebuah sumber kekuatan baru seperti air minum segar, tenaga listrik, zat gizi, atau bahkan pupuk bagi pertanian di luar atmosfer Bumi.
Pada tantangan LunaRecycle, partisipan diminta menciptakan sistem penanganan sampah padat miniatur, efisiensi energi tinggi, tahan dalam kondisi ekstrim lingkungan, dengan pemeliharaan minimal. Selain itu, sistem tersebut sebaiknya dapat bekerja secara mandiri dan sesuai untuk misi eksplorasi antar planet jangka panjang seperti ke Mars. Rancangan yang diajukan wajib memperhatikan aspek keselamatan dan higienitas karena area hunian astronot cukup sempit.
Selanjutnya, NASA mengenali kemungkinan penerapan teknologi tersebut di Bumi, terlebih lagi di area terpencil, lokasi bencana alam, ataupun tempat dengan fasilitas sanitasi kurang memadai. Oleh karena itu, penemuan dari luar angkasa ini pun ditargetkan memberikan manfaat langsung kepada masyarakat di dunia kita sendiri.
