seputarmaluku.com
– Bursa efek tanah air dimulai dengan warna hijau pada sesi perdagangan Selasa (22/4). Setelah beroperasi selama kira-kira 30 menit, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meningkat sebesar 18,99 poin atau 0,29% mencapai angka 6.464,96. Sebagai perbedaan signifikan, bursa saham AS mengalami penurunan ketika tutup pada hari Senin (21/4) waktu lokal.
Indeks pasar saham utama di Amerika Serikat, yaitu Dow Jones dan S&P 500, merosot masing-masing sebesar 2,48% hingga level 38.170,4 serta 2,36% mencapai angka 5.158,20. Terjadinya ketidakpastian tentang kebijakan ekonomi dan stabilitas politik AS masih membayangi situasi ini sehingga menekan para investor untuk memindahkan investasi mereka menuju emas dan portofolio asing.
Selain itu, kritikan Presiden AS Donald Trump terhadap Gubernur The Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, yang dinilai kurang cepat mengurangi tingkat suku bunga. “Setelah para petinggi dari administrasinya menunjukkan adanya potensi pemecatan, Presiden Trump semakin memberi tekanan pada Gubernur The Fed Powell,” ungkap Andry Asmoro selaku Kepala Ekonom Bank Mandiri. Hal ini pun mendorong ketakutan tentang autonomi bank sentral.
Jawa Pos
.
Terutama dalam kondisi ketegangan geopolitik dan kebijakan perdagangan yang masih tidak pasti, pasar menjadi lebih peka terhadap sinyal-sinyal politik tersebut. Obligasi pemerintah Amerika Serikat (US Treasury) pun mengalami tekanan. Hal ini seiring dengan investigasi tentang kemungkinan penarapan tariff pada beberapa sektor penting seperti industri semi-konduktor, obat-obatan, tembaga, serta kayu.
” Ini dapat meningkatkan tekanan pada harapan inflasi dan menyebabkan resesi, ” jelas laki-laki yang biasa dipanggil Asmo tersebut.
Sebaliknya, tidak terdapat perjanjian perdagangan tertentu yang bakal cepat disetujui antara Amerika Serikat dan para mitranya saat ini dalam pembicaraan bersama Jepang, India, Korea Selatan, serta negeri-negeri anggota Uni Eropa. Ucapan Powell di Chicago semakin mengeraskan ketidakpastian pasar. Ia menyampaikan peringatan bahwa kebijakan tariff berpotensi meningkatkan tingkat inflasi dan meredam laju pertumbuhan ekonomi. Kondisi itu membuat pekerjaan bank sentral menjadi lebih rumit.
Di pasar obligasi, tingkat yield pada hutang pemerintah Amerika Serikat dengan jangka waktu 10 tahun naik sebesar 8,57 basis poin menjadi mencapai 4,41 persen. Hal ini mengindikasikan adanya tekanan penjualan yang masih berlangsung sementara para investor beralih meninggalkan instrumen investasi di A.S.
Di bursa lokal, pada sesi perdagangan sebelumnya (21/4), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat sedikit 0,12% hingga level 6.445,97. Kendati demikian, indeks ini tetap menunjukkan performa yang merosot 9% semenjak awal tahun. Arah aliran dana bersih dari investor asing mencapai angka Rp 686,6 miliar.
Menurut Asmo, aliran dana yang meninggalkan pasar Indonesia tetap sangat dipengaruhi oleh perubahan dunia. Dia menyatakan, “Sejauh ketidaktentuan tentang kebijakan Amerika Serikat belum reda, pasar negara-negara sedang berkembang akan terus menghadapi tekanan.”
Yield dari surat utang pemerintah Indonesia pun turut meningkat. Untuk jangka waktu 10 tahun, kenaikannya sebesar 1,6 basis poin menjadi 6,97 persen. Di sisi lain, nilai tukar rupiah sedikit membaik sebanyak 0,12 persen mencapai angka Rp 16.805 per USD. Meskipun demikian, jika dilihat dalam skala tahunan, masih terdapat penurunan sebesar 4,37 persen.
Asmo memproyeksikan bahwa gerakannya nilai tukar rupiah kemungkinan akan berkisar antara Rp 16.785 sampai dengan Rp 16.844 untuk setiap USD. Volatilitasnya masih tinggi dan dipengaruhi oleh faktor-faktor luar negeri.
Pasarnya tetap fokus pada kebijakan perdagangan Amerika Serikat serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan permintaan internasional atas surat utang AS. Minggu ini, keragu-raguan mengenai orientasi tariff dari pihak AS dalam konteks ancaman perburukan dan komitmen untuk menemui titik temu dalam urusan dagang bakal melanjutkan dorongan bagi fluktuasi di seantero spektrum instrumen investasi.
“Para investor pun akan mengamati laporan profitabilitas dunia secara keseluruhan. Di Amerika Serikat, fokus akan tertuju pada data pemesanan peralatan berlangsung lama serta penjualan properti residensial yang telah terdaftar, sedangkan indeks keyakinan utama dipantau di Jerman, Prancis, dan Britania Raya. Dalam aspek kebijakan moneter, perkiraannya menyatakan bahwa Bank People’s Bank of China kemungkinan besar akan menjaga tingkat suku bunga kredit pokok tetap stabil di Cina,” jelas dia.
